Pages

Blog Khusus Sanitarian Community

Blog ini berisi beberapa hal penting terkait standard operating prosedur sanitarian, seperti inspeksi sanitasi, tutorial kesehatan lingkungan, dan tips lainnya. Anda dapat klik langsung pada link diatas slider ini, atau anda dapat berkunjung di inspeksisanitasi.blogspot.com

Public Health Community

Blog ini berisi berbagai hal terkait tutorial, tips, dan informasi kesehatan masyarakat. Beberapa hal ditulis meliputi epidemiologi, kesehatan lingkungan, masalah gizi masyarakat, serta pencegahan penyakit menular. Berbagai tulisan ini dapat anda akses pada link diatas, atau anda dapat berkunjung langsung di helpingpeoleideaas.com/publichealth.

Blog Tutorial Diets Sehat

Blog ini berisi tips terbaru cara menurunkan berat badan yang sehat. berbagai tips dan tutorial antara lain melalui pengaturan makanan, exercise, vegetarian, dan cara lainnya. Anda dapat berkunjung ke web khusus cara diet ini dengan klik pada lingk di atas atau di loseweight-diets.com.

Feature Blog

Merupakan catatan abyektif terkait masalah dan berita terkini yang layak dijadikan acuan untuk menambah obyektifitas kita.

Check List dan SOP

Anda bisa mendapatkan berbagai check list dan sop inspeksi sanitasi dan pengukuran lainnya dengan standard Depkes dan WHO, anda dapat klik di link diatas slider ini.

Photobucket
Showing posts with label Gizi Masyarakat. Show all posts
Showing posts with label Gizi Masyarakat. Show all posts

Tuesday, August 23, 2016

Keterkaitan ASI Eksklusif Dengan Status Gizi

Hubungan ASI Eksklusif dengan Status Gizi

Sebagian besar ahli sepakat manfaat ASI bagi tumbuh kembang bayi. Sedemikian vital peran ASI ini, sehingga dirasa penting untuk melibatkan peran pemerintah sebagai regulator untuk mengaturnya demi kebaikan semua pihak. Dan sebagaimana kita ketahui, di Indonesia beberapa dasar hukum yang digunakan terkait ASI antara lain :
  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
  2. Peraturaian Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
  3. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan Nomor 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008, dan  1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun 2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja
Sebagaimana kita ketahui banyak penelitian terkait ASI ini semakin menguatkan tekad semua pihak untuk memastikan hak bayi untuk mendapatkannya. Fungsi penting ASI-Air Susu Ibu yang diberikan pada awal kelahiran antara lain memberikan ganti rugi atas kehilangan berat badan yang secara normal terjadi. Hasil penelitian (AAP 2005) menunjukkan bahwa 10% kehilangan berat badan pada bayi menyusu terjadi ketika bayi menyusu tersebut tidak diberi ASI pada 12 sampai 24 jam pertama setelah kelahiran dan akan kembali setelah diberi ASI setiap 3 sampai 4 jam secara rutin. Kehilangan berat badan > 7 % disebabkan oleh ketidakefektifan menyusu.

Zat penting yang terkandung dalam ASI diantaranya adalah kolostrum. Suatu cairan yang keluar pada tiga hari pertama setelah kelahiran (biasanya sebanyak 2 -10 mL) dalam setiap proses menyusui per harinya. Kolostrum memiliki jumlah IgA paling banyak. Zat ini merupakan suatu imunoglobulin yang stabil pada pH rendah dan resisten terhadap enzim proteolitik yang bermanfaat untuk melindungi lapisan mukosa dari serangan infeksi.

Menurut Unicef (2010), pemberian ASI Eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa diberikan makanan lain selama enam bulan. Pemberian ASI Eksklusif dapat menghindarkan dari kematian bayi yang disebabkan oleh penyakit diare dan pneumonia, mempercepat penyembuhan selama sakit, dan membantu dalam proses kelahiran.

Penelitian menyebutkan, bahwa bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena diare 14,2 kali lebih banyak daripada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Kondisi ini antara lain terkait dengan  adanya zat kekebalan dalam kolostrum (10 – 17 kali lebih banyak dari susu matang). Selain itu, zat ini juga berperan penting melindungi bayi dari penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan alergi.

Berdasarkan tingkat kepandaiannya, anak yang sehat akan dapat lebih berkembang dibanding anak yang sering sakit. Dan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif. Sementara terkait dengan masalah status gizi, terutama gizi buruk dan gizi kurang, ternyata prevalensi malnutrisi pada bayi yang diberi ASI Eksklusif lebih rendah daripada bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif.

Pemberian ASI Eksklusif juga terbukti memberikan efek positif terhadap pertumbuhan bayi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pertambahan berat badan bayi per bulan dan total pertambahan berat badan selama 4 bulan pada kelompok bayi yang mendapat ASI Eksklusif lebih besar daripada kelompok bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif.

Menurut UNICEF (2010), fase pengenalan makanan tambahan merupakan fase yang sangat rawan. Anak dapat memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami malnutrisi dan penyakit jika makanan tambahan tersebut diberikan sebelum berumur lebih dari 6 bulan atau makanan tersebut kurang terjaga hygienitasnya.

Monday, January 18, 2016

Asam Urat


Penyakit Asam Urat, Penyebab dan cara Mencegahnya

Indonesia disamping bermasalah serius dengan politik dan sosial, juga pada masalah gizi. Masalah gizi di Indonesia kita kenal diantaranya dengan istilah double burden atau beban ganda, yaitu bahwa kita masih berkutat pada masalah malnutrition, disisi lain kita juga menghadapai masalah gizi lebih. Masalah gizi lebih muncul kepermukaan, antara lain ditandai dengan semakin banyaknya kasus obesitas di sekitar kita.

Obesitas akan terkait erat dengan perubahan gaya hidup di sekitar kita, seperti perubahan pola makan dan semakin minimnya aktifitas sisik kita. Kita paham, bagaimana berbagai jenis fast food, junk food, makanan kaleng, makanan berpengawet, deras mmenghantam keseharian kita. Belum lagi bagaimana teknologi pertanian dan budi daya peternakan kita sangat erat dengan penggunaan pestisida dan rekayasa lainnya.

Dalam bidang kesehatan masayarakat, salah satu penyakit yang dikaitkan dengan kegemukan dan berat badan adalah asam urat (gout). Asam urat merupakan penyakit radang akut yang menyerang sendi. Pada sendi ditemukan kristal asam urat yang meradang. Tumpukan lemak di dalam rongga perut berkaitan erat dengan tingginya kadar asam urat pada plasma darah (Wiramiharja,2004).

Beberapa literatur menyebutkan bahwa peningkatan kadar asam urat melebihi normal disebut sebagai hiperurisemia yang didefinisikan sebagai konsentrasi asam urat dalam serum atau plasma yang lebih besar dari 7 mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan (Dincer et al., 2002). Sedangkan beberapa faktor yang disebut terkait dengan terjadinya asam urat ini antara lain penggunaan diuretik.
 
Asam Urat
Akhir­akhir ini indeks massa tubuh menjadi standar medis untuk mengukur kelebihan berat badan dan obesitas. Hasil penelitian membuktikan memang ada korelasi ada korelasi antara IMT dengan kejadian morbiditas serta mortalitas akibat obesitas, yaitu semakin besar IMT, semakin besar pula resiko menderita penyakit, sedangkan distribusi lemak tubuh lebih berkaitan erat dengan kejadian penyakit. Lingkar pinggang merupakan antropometri sederhana untuk menaksir lemak abdominal, sedangkan pengukuran tekanan darah sistole dan diastole merupakan parameter untuk menentukan kategori tekanan darah seseorang.

Asam urat adalah hasil akhir metabolisme ikatan kimia yang mengandung nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat yang disebut purin (Moehyi, 1990). Menurut Junaidi (2006), asam urat dalam tubuh berasal dari berbagai macam keadaan, antara lain :
  • Asam urat endogen sebagai hasil metabolisme nukleoprotein jaringan. Seperti kita ketahui nukleoprotein terdiri dari protein dan asam nukleat dan asam nukleat merupakan kumpulan nukleotida yang terdiri dari basa purin, pirimidin serta fosfat. Asam urat endogen sangat sedikit dipengaruhi oleh diet seseorang. Tetapi pada dasarnya asam urat endogen dapat terbentuk dalam tubuh dari metabolit sederhana yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak dan protein.
  •  Asam urat eksogen yang berasal dari makanan yang mengandung nucleoprotein
  • Hasil sintesis tubuh langsung yang menghasilkan sejumlah asam urat karena adanya kelainan enzim yang sifatnya diturunkan
Kadar asam urat badan ditentukan oleh keseimbangan produksi dan ekskresi. Produksi asam urat tergantung dari diet, serta proses internal badan berupa biosintesis, degradasi, dan pembentukan cadangan (salvage) asam urat. Ekskresi asam urat sebagian besar lewat ginjal, dengan proses glomerulofiltrasi, reabsorbsi, sekresi, dan reabsorbsi pasca sekresi. Secara umum, laki-laki memiliki rerata kadar asam urat lebih tinggi dari wanita pra menopause. Variasi kadar asam urat serum pada orang dewasa diperkirakan tergantung tinggi badan, berat badan, tekanan darah, fungsi ginjal, dan masukan alkohol (Wortmann, 2005).


Pendapat lain menyebutkan bahwa gout adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Di samping itu konsumsi alkohol yang berlebihan juga meningkatkan produksi purin dan menurunkan ekskresi asam urat. Faktor resiko lain yang memberikan kontribusi terhadap kejadian gout adalah obesitas, dan penggunaan diuretic (Luk et al., 2005)

Penyakit asam urat dapat dibedakan menjadi dua majenis, antara lain :

Penyakit asam urat primer: Penyakit asam urat primer belum diketahui secara pasti penyebabnya (idiopatik) diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat meningkatkan produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.Sdangkan Penyakit asam urat sekunder adalah penyakit asam urat yang disebabkan karena meningkatnya produksi asam urat dan berkurangnya pengeluaran asam urat dalam urin.

Penyakit asam urat akhir-akhir ini cenderung meningkat. Faktor gaya hidup, termasuk di dalamnya kebiasaan makan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kadar asam urat dan resiko gout. Jumlah asam urat dalam tubuh tergantung pada keseimbangan asupan diet, sintesis dan ekskresinya. Penggunaan alkohol dan diuretik bisa meningkatkan kadar asam urat darah. Di samping itu indeks massa tubuh, rasio lingkar pinggang pinggung dan tambahan berat badan berhubungan dengan faktor resiko gout  (Choi et al., 2005).

Bebrapa upaya pencegahan dapat dilakukan agar resiko terjadinya asam urat pada diri kita dapat diminimalisas. Diet rendah purin pola hidup seimbang dapat membantu menurunkan kadar asam urat. Konsumsi lemak dibatasi sebanyak 15% dari total kalori, sebab pembakaran lemak menjadi kalori akan meningkatkan keton darah (ketosis) dan hal ini akan menghambat pengeluaran asam urat melalui urine. Asupan protein dianjurkan secukupnya dan tidak berlebihan terutama untuk makanan sumber purin harus dihindari, sedangkan konsumsi karbohidrat perlu diperhatikan. Karbohidrat mempunyai tendensi untuk meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine. Karbohidrat yang sebaiknya dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks, sedangkan karbohidrat sederhana seperti gula, madu dan sirup dapat meningkatkan kadar asam urat (Junaidi, 2006).

Kunci untuk mencegah terjadinya penyakit asam urat, adalah dengan diet dan olah raga. Banyak pendapat ahli mengungkapkan pendapat ini, sebagaimana hasil penelitian Williams (2008) menunjukkan bahwa resiko asam urat menurun pada orang yang mempunyai aktifitas fisik yang aktif, menjaga berat badan ideal dan dan diet yang kaya buah dan sayur. Sedangkan menurut Choi et al. (2005) menurunkan berat badan yang berlebih, menghindari makanan tinggi purin dan alkohol, membatasi konsumsi daging merah dan melaksanakan latihan fisik setiap hari merupakan dasar perrubahan gaya hidup penderita gout.

Tuesday, December 8, 2015

Kurang Energi Protein (KEP)


Pengertian, Tipe, Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat.   Beberapa pengertian Kurang Energi Protein (KEP):

  • KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80 % indeks berat badan menurut (BB/U) baku WHO-NCHS (Depkes RI, 1997).
  • Istilah Kurang Energi Protein (KEP) digunakan untuk menggambarkan kondisi klinik berspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. KEP yang berat memperlihatkan gambaran yang pasti dan benar (tidak mungkin salah) artinya pasien hanya berbentuk kulit pembungkus tulang, dan bila berjalan bagaikan tengkorak  (Daldiyono dan Thaha, 1998).
  • KEP adalah gizi buruk yang merupakan suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk itu sendiri adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun atau kekurangan gizi tingkat berat. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus, kwashiorkor dan kombinasi marasmus kwashiorkor (Soekirman (2000).
  • KEP terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori dan protein atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain Arisman (2004).

Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.

Beberapa tipe Kurang Energi Protein (KEP) dapat disebutkan, bahwa KEP atau gizi buruk pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Masih seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai kurus. Sedangkan bagi KEP yang tingkat berat yang disertai dengan gejala klinis disebut marasmus atau kwashiorkor, dimasyarakat lebih dikenal sebagai “busung lapar”.

Pada keadaan yang berat ditemukan 2 tipe yaitu tipe marasmus dan tipe kwashiorkor, masing­masing dengan gejala yang khas, dengan kwashiorkor dan marasmik ditengah-tengahnya. Pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipenya. Klasifikasi KEP digunakan untuk menentukan prevalensi KEP disuatu daerah dengan melihat derajat beratnya KEP, hingga dapat ditentukan persentase gizi kurang dan berat di daerah tersebut (Pudjiadi, 2005).

Beberapa tipe KEP antara lain adalah sebagai berikut:

Marasmus. Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi. Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/merusak. Marasmus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua belas bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Marasmus merupakan penyakit kelaparan dan terdapat pada kelompok sosial ekonomi rendah (Almatsier, 2004).

Marasmus adalah malnutrisi pada pasien yang menderita kehilangan lebih dari 10 % berat badan dengan tanda-tanda klinis berkurangnya simpanan lemak dan protein yang disertai gangguan fisiologik. Tanpa terjadi nya cedera/kerusakan jaringan atau sepsis (Daldiyono dan Thaha, 1998).

Gejala klinis dari tipe KEP marasmus menurut Depkes RI : tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, iga gambang dan sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) serta diare kronik atau konstipasi/susah buang air.

Kwashiorkor. Kwashiorkor umumnya terjadi pada pasien yang mengalami hipermetabolik sesaat mengalami cedera hebat atau sepsis berat bila terjadi edema di seluruh tubuh dan hipoalbuminemia.

Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih (Almatsier, 2004).

Adapun gejala klinis dari tipe KEP kwashiorkor adalah ; edema umumnya diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak ; wajah membulat dan sembab ; pandangan mata sayu ; rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok ; perubahan status mental, apatis dan rewel ; pembesaran hati ; otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk ; kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazy pavement dermatosis) dan sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut serta anemia dan diare.

Marasmus-Kwashiorkor. Tipe marasmus-kwasiorkor  terjadi karena makanan sehari-harinya tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan normal. Pada tipe ini terjadi penurunan berat badan dibawah 60 % dari normal.

Gejala klinis dari tipe marasmus dan kwashiorkor adalah merupakan gabungan antara marasmus dan kwashiorkor yang disertai oleh edema, dengan BB/U < 60 % baku Median WHO NCHS. Gambaran yang utama ialah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah (Arisman, 2004).

Wednesday, September 9, 2015

Pentingnya Kalsium Bagi Tubuh


Fungsi Kalsium Bagi Tubuh

Kalsium merupakan mineral yang sangat penting bagi manusia. Fungsi kalsium dalam tubuh antara lain untuk metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot.

Kebutuhan Kalsium Tubuh
Kalsium merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kadar kalsium dalam tubuh berkisar antara  1,5-2%, dan 99%, dan berada pada tulang dalam bentuk hydroxylapatit [3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Dalam tubun kita, sebaiknya kadar kalsium darah dipertahankan antara 10-15 mg/100 ml Dikarenakan berbagai faktor, deposisi kalsium dapat bervariasi sesuai usia, yaitu dapat meningkat selama setengah masa hidup pertama dan menurun secara perlahan pada usia seterusnya.

Menurut beberapa hasil penelitian, setelah umur 20 tahun, tubuh manusia akan mulai mengalami kekurangan kalsium sebanyak 1% per tahun. Dan setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam tubuh akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika mencapai umur 70 tahun dan seterusnya mengalami masalah kekurangan kalsium.

Sisa kalsium tubuh dapat berada dalam intra dan ekstraseluler, dimana kalsium ini berperanan sangat vital dalam mengatur fungsi sel dan impuls syaraf. Selain itu kalsium merupakan bagian integral dalam mekanisme pembekuan darah. 

Angka Kecukupan Kalsium Rata-Rata yang Dianjurkan
(per orang per hari)


Beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan kalsium yang berasal dari makanan, akan sangat tergantung dari beberapa hal, antra lain proporsi relatif dari zat pengkilasi dalam makanan yang menentukan jumlah kalsium yang akan diserap. Selain itu juga tergantung dari tingkat stimulasi dari 25-OH vitamin D aktif terhadap alat-alat penyerap dalam mukosa intestin yang menentukan jumlah kalsium yang di ambil.

Beberapa bahan makanan nabati dapat mengandung cukup banyak kalsium tetapi kalsium tersebut mungkin tidak dapat digunakan karena tingginya kadar oksalat atau pitat. Yang termasuk dalam jenis sayuran ini antra lain bayam, sawi , bit serta biji-bijian

Dengan adanya oksalat dalam makanan menyebabkan kalsium tidak dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena terbentuknya garam-garam yang tidak larut. Hanya 30-50% kalsium dalam makanan yang biasa diserap. Kapasitas penyimpanan banyak menurun bersama usia dan lebih banyak pada pria dari pada wanita pada semua usia. Jumlah kalsium yang diekskresi dalam urin merupakan refleksi dari sejumlah kalsium diserap dari diet dan tidak perlu menggambarkan total konsumsi. Misalnya, dengan intake antara 500-1200 mg kalsium (70 kg berat badan) secara normal diekskresikan melalui urin rata-rata sebanyak 80-250 mg, selebihnya di ekskresikan melalui keringat, kehamilan, feses dan laktasi 

Article Source:

  • Supariasa, I.D.N., Bakri, B. & Fajar, I. (2002) Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
  • Linder, M.C. (1992) Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, dengan Pemakaian Secara Klinis. Universitas Indonesia : UI­Press. Jakarta.

Tuesday, September 1, 2015

Status Gizi

Pengertian dan Kriteria Status Gizi

Beberapa pengertian status gizi menurut beberapa ahli sebagai berikut :
Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Status gizi juga merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Almatsier, 2004).

Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis (Jahari, 2004).

Pada dasarnya pengertian gizi tidak terbatas hanya terkait dengan kesehatan tubuh seperti ketersediaan energi, fungsi membangun dan memelihara jaringan tubuh, perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Masalah gizi saat ini erat terkait juga dengan kemampuan secara ekonomi dan kesejahteraan.  

Untuk menilai status gizi seseorang, dilakukan dengan pemantauan status giz, dengan salah satu metode yang digunakan dengan metode antropometri. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Ukuran tubuh seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti asupan energi, protein, serta zat besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin.

Indikator berat badan sering dipilih dan digunakan untuk menentukan status gizi karena, selain karena tingkat kemudahan, juga karena murah. Pengukuran berat badan yang dilakukan berulang-ulang dapat menggambarkan pertumbuhan anak.

Pengukuran status gizi dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) merupakan salah satu indeks antropometri yang memberikan gambaran massa tubuh seseorang. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak seperti terkena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi (Gibson, 1990)

Dalam keadaan normal dan keadaan kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti bertambahnya umur. Dalam keadaan abnormal ada dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini menurut umur dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengukur status gizi saat ini.

Gizi Buruk
Menurut Soekirman (2000) selain BB/U ada indikator status gizi yang juga sering digunakan, yaitu indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/TB (wasting status) adalah merupakan indikator yang terbaik digunakan untuk menggambarkan status gizi saat kini jika umur yang akurat sulit diperoleh dan lebih sensitif serta spesifik sebagai indikator defisit massa tubuh yang dapat terjadi dalam waktu singkat atau dalam periode waktu yang cukup lama sebagai akibat kekurangan makan atau terserang penyakit infeksi.

Sedangkan standard pemantauan status gizi umum digunakan dengan standar baku antropometri WHO-NCHS - World Health Organization-National Center for Health Statistics, sebagai berikut:

Klasifikasi Status Gizi menurut WHO-NCHS
INDEK
STATUS GIZI
KETERANGAN
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang Gizi Buruk
2 SD
-2 sampai + 2 SD < 2 sampai 3 SD < -3 SD
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Normal
Pendek (Stunted)
-2 sampai + 2 SD
< -2 SD
Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB)
Gemuk
Normal
Kurus (Wasted) Sangat kurus
2 SD
-2 sampai +2 SD
<-2 sampai 3 SD
< -3 SD

Interpretasi dari keadaan gizi anak dengan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB yang digunakan pada survei khusus, akan menjadikan kesimpulan bisa lebih tajam. Adapun kesimpulan dari penilaian indikator status gizi adalah sebagai berikut  (Soekirman, 2000).

a.  Jika BB/U dan TB/U rendah sedangkan BB/TB normal ;
kesimpulannya keadaan gizi anak saat ini baik, tetapi anak tersebut mengalami masalah kronis, karena berat badan anak proporsional dengan tinggi badan.
b.  BB/U normal ; TB/U rendah; BB/TB lebih ; kesimpulannya anak
mengalami masalah gizi kronis dan pada saat ini menderita kegemukan (Overweight) karena berat badan lebih dari proporsional terhadap tinggi badan
c.   BB/U , TB/U dan BB/TB rendah ; anak mengalami kurang gizi berat
dan kronis. Artinya pada saat ini keadaan gizi anak tidak baik dan riwayat masa lalunya juga tidak baik
d.  BB/U, TB/U dan BB/TB normal ; kesimpulannya keadaan gizi anak
baik pada saat ini dan masa lalu
e.  BB/U rendah; TB/U normal; BB/TB rendah ; kesimpulannya anak
mengalami kurang gizi yang berat (kurus), keadaan gizi anak secara umum baik tetapi berat badannya kurang proporsional terhadap Tinggi badannya karena tubuh anak jangkung

Article Source

  • Soekirman (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Dirjen Pendidik Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
  • Gibson, R.S.,Ferguson,E.L & Lehrfeld,J., (1998) Complementary foods for infant feeding in developing countries : their nutrient adequacy and improvement.
  • Almatsier,S. (2004) Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramed Pustaka Utama.