Masalah klasik di Indonesia terkait kesehatan anak adalah malnutrition dan penyakit infeksi. Kedua masalah ini sering kali selalu terkait. Terkait penyakit menular, beberapa usaha dapat dilakukan untuk pemecahannya, selain dengan melakukan kontrol sumber infeksi dengan usaha memutuskan mata rantai penularan, juga dapat dilakukan dengan usaha pencegahan dengan memberikan imunisasi.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat 2 jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya kekebalan dari janin yang diperoleh dari ibunya. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik.
Sejarah Progran imunisasi, dimulai ketika pada tahun 1974 WHO (World Health Organization) merekomendasikan EPI (Expanded Programme Immnuzation), dengan tujuan memberikan proteksi dini terhadap 6 penyakit menular pada anak-anak diseluruh dunia (WHO, 2000). Di Indonesia program ini dimulai pada tahun 1977, ketika dilaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI. Program ini menganjurkan agar semua anak mendapatkan imunisasi terhadap 6 macam penyakit, yakni tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio dan campak. Sedangkan imunisasi Hepatitis B mulai dimasukkan program Imunisasi pada tahun 1991(.
Menurut statistik, setiap tahun, rata-rata 600.000 orang meninggal akibat virus hepatitis B di dunia. Diperkirakan 93% dari angka kematian ini disebabkan oleh infeksi hepatitis B kronis seperti sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Kira-kira 21% disebabkan karena infeksi yang diperoleh pada masa perinatal dan 48% dari infeksi yang didapat pada masa anak-anak (usia < 5 tahun).
Diperkirakan 2 triliun penduduk dunia mempunyai bukti serologis pernah terinfeksi virus hepatitis B (VIRUS HEPATITIS B ). Sedangkan 350 juta penduduk dinyatakan sebagai pembawa VIRUS HEPATITIS B kronis. Kira¬kira 75%-nya terdapat di Asia dan Pasifik barat. Dilaporkan bahwa 15-40% pasien yang terinfeksi VIRUS HEPATITIS B akan berkembang menjadi sirosis, gagal hati, atau karsinoma hepatoseluler (HCC). Karsinoma hepatoseluler primer merupakan satu diantara sepuluh kanker yang banyak terjadi di dunia, dan 80% penyebabnya adalah Virus Hepatitis B .
Penularan dan model transmisi virus hepatitis B dari ibu kepada anak merupakan kejadian yang paling sering, pemberian imunisasi hepatitis B secara dini sangat diperlukan guna mengantisipasi terjadinya infeksi kronis. anak merupakan prioritas terpenting dalam mengatasi virus hepatitis B .
Secara prinsip, beberapa tujuan imunisai antara lain ;
- Tujuan utama program imunisasi adalah eradikasi polio, eliminasi tetanus neonatorum, dan pengendalian campak.
- Tercapainya Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
Menjadi sangat vital untuk diperhatikan dan dicapai terkait dengan pelaksanaan imunisasi adalah terpenuhinya cakupan imunisasi. Pengertian Cakupan Imunisasi menurut WHO dan UNICEF (2001), merupakan proporsi individu pada populasi target yang telah diimunisasi.
Saat yang tepat untuk memberikan vaksin berbeda¬ beda untuk setiap jenis vaksin. Secara umum semakin tua umur anak semakin baik respon imunologinya karena sistem pembentukan antibodi semakin sempurna serta gangguan dari kekebalan tubuh ibu sudah tidak ada lagi. Pada vaksin yang memerlukan lebih dari satu dosis untuk memperoleh imunisasi dasar lengkap, semakin panjang intervalnya semakin baik, sebaliknya semakin pendek intervalnya semakin tidak efektif. Karena itu pada jadwal imunisasi hanya dikenal interval minimal, sehingga tidak perlu mengulangi suatu dosis tertentu bila ditemukan interval yang panjang. Mengurangi jumlah dosis dengan memperpanjang interval dapat menghasilkan tingkat kekebalan yang sama namun umur kekebalannya lebih pendek.
Refference:
- Centre for Disease Control and Prevention. Global Progress Toward Universal Childhood Hepatitis B Vaccination, 2003.
- Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi Hepatitis B. Depkes. 1997.