Pola makan dan Penyakit Infeksi sebagai faktor Penyebab Gizi Buruk
Faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi kualitas gizi pada makanan tambahan Balita, diantaranya adalah tingkat penghasilan keluarga. Menurut beberapa studi, balita gizi buruk biasanya memiliki masalah susah makan. Selain dipengaruhi oleh penyakit infeksi, juga oleh terlalu banyak jajan, terlalu lama disapih, tidak suka minum susu, merasa bosan dengan lauk yang disediakan, lebih senang makan mie instan, atau juga terlalu banyak bermain di luar rumah sehingga melupakan jadwal makan.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pola makan dengan status gizi anak balita. Faktor pola makan jauh sangat beresiko berpengaruh terhadap status gizi. Namun penelitian lain juga mengungkapkan tidak ada hubungan bermakna antara pola makan dengan status gizi anak balita dengan indeks BB/U dan BB/TB.
Secara prinsip, rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk akan memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. Interaksi antara diet yang buruk dan penyakit infeksi menyebabkan kegagalan pertumbuhan pada anak. Secara fisiologis kerusakan terutama pada sistim kekebalan tubuh, juga pada kondisi klinis tertentu seperti anemia, gangguan yang melemahkan perkembangan dan kematian. Interaksi dan hasil biologis ini disebut malnutrisi atau kompleks malnutrisi-infeksi.
Penting juga kita pahami, bahwa penyakit infeksi berpotensi sebagai penyokong atau pencetus terjadinya Kurang Energi Protein (KEP). Sebagaimana pula, penyakit diare, campak dan infeksi saluran napas (ISPA) sering menghilangkan napsu makan. Penyakit saluran pencernaan yang sebagian muncul dalam bentuk muntah dan gangguan penyerapan, menyebabkan kehilangan zat - zat gizi dalam jumlah besar.
Hasil studi juga memperlihatkan, balita yang mengikuti program pemulihan gizi buruk selalu ada perbaikan gizi, semakin banyak kunjungan semakin meningkat status gizinya dan persentase peningkatan status gizi yang paling tinggi adalah pada balita dengan status gizi kurang. Hal ini juga terlihat bahwa diperkirakan pada gizi kurang penyakit yang menyertai relatif lebih sedikit dan tidak kronis dibandingkan dengan gizi buruk. Sehingga gizi kurang lebih mudah meningkat ke gizi baik.
Faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi kualitas gizi pada makanan tambahan Balita, diantaranya adalah tingkat penghasilan keluarga. Menurut beberapa studi, balita gizi buruk biasanya memiliki masalah susah makan. Selain dipengaruhi oleh penyakit infeksi, juga oleh terlalu banyak jajan, terlalu lama disapih, tidak suka minum susu, merasa bosan dengan lauk yang disediakan, lebih senang makan mie instan, atau juga terlalu banyak bermain di luar rumah sehingga melupakan jadwal makan.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pola makan dengan status gizi anak balita. Faktor pola makan jauh sangat beresiko berpengaruh terhadap status gizi. Namun penelitian lain juga mengungkapkan tidak ada hubungan bermakna antara pola makan dengan status gizi anak balita dengan indeks BB/U dan BB/TB.
Secara prinsip, rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk akan memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. Interaksi antara diet yang buruk dan penyakit infeksi menyebabkan kegagalan pertumbuhan pada anak. Secara fisiologis kerusakan terutama pada sistim kekebalan tubuh, juga pada kondisi klinis tertentu seperti anemia, gangguan yang melemahkan perkembangan dan kematian. Interaksi dan hasil biologis ini disebut malnutrisi atau kompleks malnutrisi-infeksi.
Penting juga kita pahami, bahwa penyakit infeksi berpotensi sebagai penyokong atau pencetus terjadinya Kurang Energi Protein (KEP). Sebagaimana pula, penyakit diare, campak dan infeksi saluran napas (ISPA) sering menghilangkan napsu makan. Penyakit saluran pencernaan yang sebagian muncul dalam bentuk muntah dan gangguan penyerapan, menyebabkan kehilangan zat - zat gizi dalam jumlah besar.
Hasil studi juga memperlihatkan, balita yang mengikuti program pemulihan gizi buruk selalu ada perbaikan gizi, semakin banyak kunjungan semakin meningkat status gizinya dan persentase peningkatan status gizi yang paling tinggi adalah pada balita dengan status gizi kurang. Hal ini juga terlihat bahwa diperkirakan pada gizi kurang penyakit yang menyertai relatif lebih sedikit dan tidak kronis dibandingkan dengan gizi buruk. Sehingga gizi kurang lebih mudah meningkat ke gizi baik.